
Kita semua pasti sudah familiar dengan syair Lebaran sebentar lagi. Tentu
saja sebulan penuh menjalankan puasa lebaran ditunggu tunggu dengan hati gembira
karena bagi karyawan dapat THR, liburan dan pulang kampung. Hati pasti berbunga
bunga. Nah, kurang lebih setahun plus dua bulan kita menyambut datangnya waktu
berlakunya pasar bebas Asean 2015. Apakah hati kita berbunga bunga juga seperti
kita menyambut datangnya lebaran tiba?
Apakah datangnya pasar bebas Asean yang mulai berlaku akhir bulan Desember
2015 itu membahagiakan kita atau tidak sebagai mana kita menyambut lebaran tiba
maka perlu kita tengok persiapan kita untuk menghadapi serangan barang barang
impor dari sesama Negara di kawasan Asean, Kita mulai awal 2016 siap tidak siap
harus menghadapi secara head-to-head dengan gempuran Negara Negara dikawasan
Asean. Karena seluruh Negara yang tergabung di kawasan Asean telah berkomitmen
untuk melaksanakan Free Trade Zone yang telah disepakati beberapa tahun yang
lalu.
Apanya yang bebas? Secara umum dengan berlakunya Asean FTA sesuai kesepakatan
adalah Asean menjadi Kawasan Bebas dalam hal perdagangan antar anggota Negara
Negara Asean. Yang sudah menjadi kesepakatan adalah pembebesan fiskal untuk
tarif bea masuk. Jadi Barang yang dijual dalam Negara Negara asean semua Tarif
Bea Masuk menjadi Nol Persen. Maka hambatan dibidang tariff tidak ada lagi.
Maka anggota Asean harus bersiap diri menghadapi serbuan barang antar Negara.
Bagi Negara kita Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar di Asean maka menjadi
pasar yang empuk bagi produk produk dari Negara Asean.
Pertanyaaannya apakah kita sudah siap? Beberapa tahun yang lalu Sony
merelokasi pabriknya dari Indonesia ke Malaysia padahal secara upah pekerja
pabrik di Indonesia lebih murah 3kali lipat dari Malaysia tapi kenapa Sony tetap
memindahkan pabriknya dari Indonesia ke Malaysia? Selidik punya selidik terjawab
bahwa biaya untuk diluar ekspektasi terlalu besar misalnya perijinan ke instansi
instasi yang ribet, biaya transportrasi sangat besar. Walaupun di Malaysia upah
pekerja lebih mahal tapi biaya di luar normal lebih murah daripada di Indonesia.
Secara umum PR kita setelah tariff Pajak Bea Masuk di bebaskan untuk mmbuat
produk kita lebih kompetitif dari pada Negara Asean beberapa hal yang perlu
diperbaiki adalah,Infrastruktur logistics, Leadtime perijinan, kemudahan
pengurusan perijinan dan peningkatan kwalitas produk. Untuk infrastruktur kita
kalah jauh misalnya dengan Negara Thailand apalagi dengan Singapura. Pengiriman
barang ekspor dari pabrik ke pelabuhan hanya dibutuhkan rata rata satu hingga
dua jam saja, sedangkan di negera kita contoh dari pabrik Tangerang ke Pelabuhan
Tanjung Priok perlu hampir satu hari karena masalah kemacetan walaupun melalui
jalan tol. Infrastruktur transportrasi harus segera dibenahi. Kita sudah
ketinggalan jauh soal insfrastruktur jalan transportrasi. Ini perlu dibenahi.
Pihak pelaku bisnis hanya bisa minta supaya pemerintah melakukan pembenahan
dalam hal peningkatan infrastruktur transportrasi.
Kemudian kemudahan perijinan dan lamanya pengurusan perijinan usaha harus
terus ditingkatkan pelayanannya. Lihatlah Singapura untuk mengurus perijinan
tidak perlu waktu seminggu hanya perlu tiga hari kerja, sedangkan di Negara kita
pengurusan ijin baru bisa dilakukan rata rata 14 hari kerja. Kondisi ini harus
segera diperbaiki. Proses alur perijinan juga haru dipermudah, hal-hal yang
sebenarnya mudah tidak boleh dipersulit. Aparat pemerintah harus melayani
semaksimal mungkin untuk pengurusan perijinan tersebut.
Apabila kedua hal tersebut diatas misa terealisasi maka pelaku bisnis bisa
memangkas biaya produksi. Kedua hal tersebut adalah tugas pemerintah. Tugas
pelaku bisnis menghadapi era Pasar Bebas Asean hanya di bidang proses produksi.
Mereka pasti melakukan terus menerus. Apabila ha ini mendapat support dari
pemerintah dalam hal perbaikan infrastruktur transportasi dan pengurusan
perijinan yakinlah kita siap menghadapi serangan produk-produk dari anggota
Negara Asean.