
Beberapa tahun yang lalu kita sempat "dihebohkan" dengan pembelian
busway PT. TransJakarta, yang diklaim lebih murah dari merk otomotif dari ATPM
terkemuka yang reputasinya sudah dikenal mendunia, bahkan dalam proses
pengadaannya "merk yang sangat murah" tersebut menang secara telak dan
mengalahkan merk otomotif dari ATPM terkemuka.
Namun di akhir cerita, ternyata, muncul banyak masalah:
- ATPM "merk yang sangat murah" tersebut tidak dikenal oleh komunitas
pelaku bisnis otomotif di Indonesia
- Perusahaan ATPM tersebut reputasinya meragukan
- Merek kendaraan tersebut juga belum dikenal para pelaku bisnis transportasi
darat di Indonesia
- Layanan purna jual serba membingungkan
- Proses serah terima juga tidak mengikuti kelaziman yang ada
Kemudian, ada episode lainnya, kisah tentang pengadaan UPS (Uninterruptible
Power Supply sebagai alat back up yang bisa bekerja secara otomatis menggantikan
ketika jaringan listrik utama mengalami masalah teknis akibat pemadaman,
penurunan sumber pasok daya energi, atau gangguan teknis lainnya)
UPS tersebut perset paketnya berharga milyaran rupiah, pengadaannya untuk
keperluan sekolah-sekolah di Jakarta, setelah di cari tahu oleh berbagai pihak,
ternyata UPS yang harganya milyaran rupiah tersebut, ternyata:
- Merk memang qualified, namun harganya "super fantastis", konon
katanya di mark-up berpuluh-puluh kali lipat, dibanding harga pasaran UPS tertinggi
sekalipun.
- Walaupun layanan purna jual cukup berjalan dengan baik, namun yang menjadi
pemasok, ternyata bukan sumber penyedianya langsung namun para penyedia
perantara, yang dimana justru reputasi para penyedia perantara ini lebih
meragukan dibanding subkon mereka yang sebenarnya lebih pantas menjadi penyedia
yang sesungguhnya.
- Dari sisi perencanaan, menimbulkan misteri, pihak penerima UPS ternyata tidak
pernah dilibatkan, dimintai informasi, dimintai pendapat, apakah penerima UPS
memang membutuhkan atau tidak.
Kondisi ini idealnya harus di reformasi, di restorasi, di benahi, dan di
perbaiki.
Agar kondisi serupa tidak lagi terulang di masa depan, di manapun itu, siapapun
itu pengambil keputusan dan pelaksananya.
Ibarat duluan mana ayam atau telur, ini juga sama, kita mau benahi kompetensi
teknis terlebih dahulu atau benahi sisi integritas, ataukah bisa dilakukan
secara bersamaan.
Sebagai renungan saja.