
Kalau saya perhatikan "pasal diskriminasi" sering dijadikan jurus
ampuh rekanan penyedia yang kalah bersaing untuk menggugat, baik kepada pemberi
kerja atau kompetitor mereka yang memenangkan sebuah proses seleksi penyedia
barang dan jasa.
Di sisi lain, di lingkungan korporasi, lembaga non profit, atau di negara antah
berantah, klausula penyedia yang "spesialis", sudah menjadi praktek umum
dan diakui oleh tatanan prosedur yang dibangun di lingkungan mereka. Tuntutan
"spesialis" muncul, karena; kompleksitas pekerjaan, spesifikasi yang khusus, keahlian
yang terbatas, tuntutan akan jaminan mutu pekerjaan, penguasaan
atas suatu lisensi dan hak cipta yang juga terbatas, perijinan, sertifikasi
calon penyedia, serta klasifikasi penyedia yang dikelompokkan berdasarkan minat dan
kompetensi bisnisnya.
Harga jual bisa saja murah atau mahal, penyedia bisa saja umum atau spesialis,
namun menjadi tanda tanya, ketika sebuah pekerjaan yang spesifik dan khusus
dimenangkan oleh penawar yang juga spesifik dan khusus dgn harga yang bisa jadi
lebih mahal dari pesaingnya, namun "mahalnya harga" bisa
dipertanggungjawabkan kemahalannya karena terkait kualitas, komitmen, dan layanan
purna jual, kemudian dipertanyakan bahkan digugat oleh penawar yang mengklaim
harganya lebih murah, namun mereka ternyata bukan spesialis di bidang pekerjaan
tersebut dan tidak memiliki kapasitas layanan purna jual yang mumpuni.
Contoh, misalnya, saya lihat ini beberapa kali terjadi:
- Penyediaan alat berat dimenangkan rental alat berat resmi, dipertanyakan oleh
rental alat berat tidak resmi,
- Proyek konstruksi di bandara, pelabuhan, dan kilang minyak yang dimenangkan
oleh kontraktor spesialis project EPC, dipertanyakan oleh kontraktor yang bukan
spesialis project EPC,
- Pengadaan produk yang dimenangkan oleh distributor resmi dan pemegang merek
yang kualifikasinya sudah disertifikasi regulator dan diakui pasar,
dipertanyakan oleh para trader yang bukan distributor resmi yang mengusung
produk yang sertifikasinya meragukan dan kualifikasinya belum diakui pasar.
So, apa masalahnya, ya